Prostitusi berasal dari bahasa latin ‘prostituere’ yang artinya menyerahkan
diri kepada pezinahan yang
secara etimologi kata ‘prostare’ yang artinya menjualtubuhnya atau dapat
disebut juga sebagai pelacur,dewasa ini permasalahan remaja kita
merupakan persoalan yang sangat serius,jika permasalahan yang ada di negeri ini
tidak dikurangi dan diselesaikan dengan cepat maka dapat menyebabkan hancurnya tatanan bangsa di masa depan.
beberapa
faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah melakukan hubungan seks diluar
nikah diantaranya, adalah pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup
bebas,faktor lingkungan dan faktor keluarga yang mendukung kearah
perilaku tersebut serta pengaruh dari media massa.
seks
bebas adalah perilaku seks diluar pernikahan,perilaku seks bebas pada remaja
saat ini sudah cukup parah,peranan keluarga dan agama sangat penting untuk
mengantisipasi perilaku tersebut.sebagai mahluk yang mempunyai sifat egoisme
yang tinggi,maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh
lingkungan diluar dirinya akibat rasa ingin tahu yang sangat tinggi.Tanpa
adanya bimbingan maka remaja dapat melakukan perilaku menyimpang.akibat-akibat
yang ditimbulkan dari seks bebas tersebut adalah banyak muncul tempat-tempat
prostitusi yang,bukan hanya itu saja banyak juga tempat-tempat aborsi yang
bermunculan,biasanya tempat aborsi digunakan untuk menggugurkan kandungan
akibat dari hubungan diluar nikah terebut.
Pelacuran atau prostitusi juga adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa
seksual disebut pelacur, yang
kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial (PSK).
Dalam pengertian yang lebih
luas, seseorang yang menjual jasanya
untuk hal yang dianggap tak berharga juga disebut melacurkan dirinya sendiri.
Pandangan etis
agama Kristen terhadap prostitusi
Agama Kristen menyamakan penyembahan terhadap dewa-dewa lain selain kepada
Allah sebagai pelacuran. Gambaran ini dapat ditemukan di dalam kitab Nabi
Yehezkiel ps. 23 dan kitab Nabi Hosea (1:2-11). Alkitab juga secara jelas
menunjukan bahwa masalah pelacuran memang telah ada sejak lama bahkan dalam
suatu perumpamaan, Tuhan Yesus pernah menyinggung mengenai masalah ini. Di masa
Perjanjian Baru, khususnya di masa Yesus ini, masyarakat cenderung menganggap
negatif perlakuan pelacuran karena itu orang baik-baik biasanya tidak mau
bergaul dengan mereka bahkan menjauhkan diri dari orang-orang seperti itu.
Namun demikian Yesus digambarkan dekat dengan orang-orang yang disingkirkan
oleh masyarakat seperti para pelacur, pemungut cukai, dll. Injil Matius
melukiskan demikian: "Kata Yesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan
mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah'." (Matius 21:31). Hal ini
bukanlah tanda bahwa Yesus menyetujui pelacuran tapi sikap Yesus kepada para
perempuan sundal yang percaya kepada pemberitaan mengenai Dia. Ada pula kisah
tentang Rahab, seorang pelacur bangsa Yerikho yang menyelamatkan dua orang mata-mata
yang dikirim Yosua untuk mengintai kekuatan Yerikho (Yosua 2:1-14). Dalam kisah
ini, Rahab dianggap sebagai pahlawan, dan kerana itu ia diselamatkan sementara
seluruh kota Yerikho hancur ketika diserang oleh tentara Israel yang dipimpin
oleh Yosua. Kitab Yosua mengisahkan demikian: "Demikianlah Rahab,
perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan
dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah
orang Israel sampai sekarang, kerana ia telah menyembunyikan orang suruhan yang
disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25).
Kesimpulan :
Pelacuran
adalah suatu masalah kehidupan yang serius, meskipun berbagai hal dilakukan
untuk mengantisipasi makin berkembangnya masalah ini tetapi para konsumen dari
jasa seksual selalu hadir dan mengundang adaya tanggapan dari kemauan yang
telah dianggap sebagai kebutuhan ini. bahwa masalahnya bukan ada pada
perkembangan penjualan jasa seksual yang kini makin nyata dan terbuka ditengah
publik tetapi justru pada kebutuhan pasar akan hal ini yang semakin sulit
dihilangkan. Dapat dikatakan bahwa berbagai penyebab seperti ketidakpuasan
dalam pernikahan dan coba-coba bagi anak muda yang belum mengenal pernikahan
menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan akan wanita pelacur. Hal lainya adalah karena suatu penyakit seks yang
tidak terobati sehingga ada keinginan untuk melakukan hubungan seks meskipun
harus membayar secara khusus dengan harga yang beragam. Sementara itu dilihat
dari sisi wanita pelacur, dapat di simpulkan bahwa sebagai wanita yang berhak
hidup dengan pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar