Sabtu, 01 Desember 2012

PROSTITUSI


Prostitusi berasal dari bahasa latin ‘prostituere’ yang artinya menyerahkan diri  kepada pezinahan yang secara etimologi kata ‘prostare’ yang artinya menjualtubuhnya atau dapat disebut juga sebagai pelacur,dewasa ini permasalahan  remaja kita merupakan persoalan yang sangat serius,jika permasalahan yang ada di negeri ini tidak dikurangi dan diselesaikan dengan cepat maka dapat  menyebabkan  hancurnya tatanan bangsa di masa depan.
beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah melakukan hubungan seks diluar nikah diantaranya, adalah pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas,faktor lingkungan  dan faktor keluarga yang mendukung kearah perilaku tersebut serta pengaruh dari media massa.
seks bebas adalah perilaku seks diluar pernikahan,perilaku seks bebas pada remaja saat ini sudah cukup parah,peranan keluarga dan agama sangat penting untuk mengantisipasi perilaku tersebut.sebagai mahluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi,maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan diluar dirinya akibat rasa ingin tahu yang sangat tinggi.Tanpa adanya bimbingan maka remaja dapat melakukan perilaku menyimpang.akibat-akibat yang ditimbulkan dari seks bebas tersebut adalah banyak muncul tempat-tempat prostitusi yang,bukan hanya itu saja banyak juga tempat-tempat aborsi yang bermunculan,biasanya tempat aborsi digunakan untuk menggugurkan kandungan akibat dari hubungan diluar nikah terebut.
Pelacuran atau  prostitusi  juga adalah penjualan  jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan  istilah pekerja seks komersial (PSK).
Dalam  pengertian  yang  lebih luas, seseorang yang menjual  jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga juga disebut melacurkan dirinya sendiri.
Pandangan etis agama Kristen terhadap prostitusi
Agama Kristen menyamakan penyembahan terhadap dewa-dewa lain selain kepada Allah sebagai pelacuran. Gambaran ini dapat ditemukan di dalam kitab Nabi Yehezkiel ps. 23 dan kitab Nabi Hosea (1:2-11). Alkitab juga secara jelas menunjukan bahwa masalah pelacuran memang telah ada sejak lama bahkan dalam suatu perumpamaan, Tuhan Yesus pernah menyinggung mengenai masalah ini. Di masa Perjanjian Baru, khususnya di masa Yesus ini, masyarakat cenderung menganggap negatif perlakuan pelacuran karena itu orang baik-baik biasanya tidak mau bergaul dengan mereka bahkan menjauhkan diri dari orang-orang seperti itu. Namun demikian Yesus digambarkan dekat dengan orang-orang yang disingkirkan oleh masyarakat seperti para pelacur, pemungut cukai, dll. Injil Matius melukiskan demikian: "Kata Yesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah'." (Matius 21:31). Hal ini bukanlah tanda bahwa Yesus menyetujui pelacuran tapi sikap Yesus kepada para perempuan sundal yang percaya kepada pemberitaan mengenai Dia. Ada pula kisah tentang Rahab, seorang pelacur bangsa Yerikho yang menyelamatkan dua orang mata-mata yang dikirim Yosua untuk mengintai kekuatan Yerikho (Yosua 2:1-14). Dalam kisah ini, Rahab dianggap sebagai pahlawan, dan kerana itu ia diselamatkan sementara seluruh kota Yerikho hancur ketika diserang oleh tentara Israel yang dipimpin oleh Yosua. Kitab Yosua mengisahkan demikian: "Demikianlah Rahab, perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang, kerana ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25).

Kesimpulan :
Pelacuran adalah suatu masalah kehidupan yang serius, meskipun berbagai hal dilakukan untuk mengantisipasi makin berkembangnya masalah ini tetapi para konsumen dari jasa seksual selalu hadir dan mengundang adaya tanggapan dari kemauan yang telah dianggap sebagai kebutuhan ini. bahwa masalahnya bukan ada pada perkembangan penjualan jasa seksual yang kini makin nyata dan terbuka ditengah publik tetapi justru pada kebutuhan pasar akan hal ini yang semakin sulit dihilangkan. Dapat dikatakan bahwa berbagai penyebab seperti ketidakpuasan dalam pernikahan dan coba-coba bagi anak muda yang belum mengenal pernikahan menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan akan wanita pelacur. Hal  lainya adalah karena suatu penyakit seks yang tidak terobati sehingga ada keinginan untuk melakukan hubungan seks meskipun harus membayar secara khusus dengan harga yang beragam. Sementara itu dilihat dari sisi wanita pelacur, dapat di simpulkan bahwa sebagai wanita yang berhak hidup dengan pilihannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar