Dia sempat SMS: “Di Lapas lagi rusuh. Abang lagi sembunyi di kamar mandi. Doakan hubungan kita baik-baik aja yah, yank.”
Dengan langkah cepat, Limey Situmorang mendatangi ruang instalasi
jenazah di RS Dr Pirngadi Medan, kemarin pagi. Wajah gadis 24 tahun ini
sembab. Ia datang untuk memastikan apakah satu dari 5 korban kerusuhan
Lapas Tanjunggusta Kamis malam kemarin adalah kekasihnya, Hendra Rico
Naibaho SE (25).
Ditemani ibunya, Rohani, dan calon mertuanya (ibu korban) E br
Sinurat, gadis berambut sebahu ini memeriksa tanda-tanda di tubuh sang
kekasih, yang bekerja sebagai staf registrasi di Lapas Kelas 1
Tanjunggusta.
Setelah mengenali bagian kaki korban, spontan Limey tersedak. Ia
tidak dapat lagi menahan tangis dan jeritan kesedihannya. “Udah pasti
ini dia… udah pasti. Kuku kakinya baru tumbuh, ada bekas operasi di
kakinya. Kenapa kayak gini sampe nggak bisa lagi ditandai,” teriak Limey
seraya berlinang airmata. Ia langsung mencari-cari tempat untuk
menyandarkan tubuhnya yang lemas.
Tak berapa lama, ia meluruskan kakinya sembari duduk di pinggiran got
di depan pintu ruang otopsi. Matanya melihat penuh kepedihan ke arah
pintu ruang itu. Diraihnya sebotol air putih, diteguknya sedikit demi
sedikit. Ia terdiam… lalu menangis lagi. Bibirnya terlihat gemetar.
Kepada Sumut Pos yang menemuinya, gadis yang bekerja sebagai bidan di
RS Bunda Thamrin ini mengisahkan kisah cintanya dengan korban.
“Kami pacaran sejak 2009 lalu. Tahun depan rencananya kita mau menikah.
Nggak aku jumpai lagi laki-laki yang baiknya kayak dia. Dia itu baik
sekali. Ini jaket terakhir yang dikasihnya ke aku. Malam-malam pas naik
motor, sengaja dia berhenti cuma mau ngasih jaketnya aja ke aku,”
katanya, sembari memeluk ibunya, lalu menangis lagi.
Ibu Limey, Rohani menambahkan, Rico sempat menghubungi Limey untuk
memberitahukan bahwa ada kerusuhan di Lapas. Tapi calon menantunya itu
berpesan agar kabar itu tidak disampaikan ke dirinya. “Jangan kasih tahu
sama natulang (ibu Limey) yah…” pesan Rico kepada Limey.
“Itu ‘kan baik kali dia… nggak mau dia aku kenapa-kenapa. Katanya
takut nanti gulaku kambuh. Anaknya baik sekali. Adek-adeknya Limey ini
semua sekolah… yang nemani daftar ke sana ke mari itu dia,” ujar Rohani,
yang mengaku sudah berada di RS bersama keluarganya sejak pagi.
Hari semakin terang, namun Limey beserta keluarganya beserta keluarga
Rico belum juga tenang. Suara tangisan terus mewarnai suasana di
sekitar instalasi jenazah RS Pirngadi. Puluhan keluarga berdatangan satu
per satu dan menjerit setelah mencoba melihat ke kamar mayat. “Ya
Tuhan… Rico…”, tangis histeris keluarga.
Saat ditemui, Limey kembali bercerita: “Dua minggu lalu, aku sempat
mimpi gigi atasku putus. Tapi aku nggak bilang, takut. Terakhir ketemu
hari Rabu sore, dia jemput aku kerja. Nggak ada tanda-tanda. Cuma dia
bilang doakan hubungan kita yah Yank, itu aja,” katanya sambil menangis.
Pada Kamis sore, ia menerima SMS dari sang kekasih. “Di Lapas lagi
rusuh. Abang lagi sembunyi di kamar mandi. Doakan hubungan kita
baik-baik aja yah, yank.”
Limey ketar-ketir. Hingga Jumat dinihari pukul 01.00 Wib, ia tidak
dapat tidur nyenyak. Terlebih saat ia melihat tayangan di televise yang
mengatakan korban tewas ditemukan di dalam kamar mandi. “Aku udah
gelisah, karena lihat TV ada mayat ditemukan di kamar mandi. HP dia pun
sudah nggak aktif lagi,” katanya lirih.
Saat ditanyai perasaannya menyusul rencana pernikahan yang gagal,
Limey berkata, dirinya sudah ikhlas. “Mau gimana lagi, sudah seperti
ini. Ikhlaskan saja. Begitulah,” ujarnya kepada wartawan, sembari
membawa foto Rico.
Pihak keluarga korban mengatakan, usai diotopsi, jenazah Rico akan
langsung dibawa ke kampung halamannya di Kelurahan Siogung-ogung,
Kecamatan Panguguran, Samosir. Rico anak pertama dari tujuh bersaudara,
anak dari pasangan Tamba Naibaho (58) dan E br Sinurat (57). Ia lahir
tanggal 13 Februari 1988 atau baru berusia 25 tahun. Ia disebut-sebut
tulang punggung keluarga.
“Ibunya bekerja sebagai guru SD. Dua hari lalu ibunya liburan ke
Medan. Ayahnya sekarang menanti di Samosir. Di Medan, ia tinggal di
komplek dekat Lapas,” ujar kerabatnya.
Jenazah Rico ditemukan di kamar mandi Lapas bersama dengan Kepala
Seksi Registrasi Lapas, Bona Hotman Situngkir SH M.Hum (38),warga Pasar 6
Padangbulan Medan, pasca amukan ribuan napi di LP itu, Kamis malam.
Sekitar pukul 11.30 WIB, jenazah Bona dibawa pulang oleh keluarga di
dalam peti ke Padang Bulan. Sementara jenazah Rico dibawa pukul 14.00 ke
Pangururan. Tampak keluarga membawa jas serta topi kerja Rico untuk
dikenakannya. Rencananya, jenazah Hendra Rico akan dikebumikan hari ini.
Santunan Rp25 Juta
Terkait meninggalnya dua staf Lapas dalam kerusuhan di Lapas
Tanjunggusta Kamis kemarin, Kanwil Kemenkum HAM Sumut mengatakan akan
memberikan santunan kepada keluarga Bona Situngkir dan Hendra Rico
Naibaho senilai Rp25 juta setiap keluarga.
“Santunan ini diberikan sebagai bentuk turut belasungkawa dari pihak
Lapas kepada keluarga yang ditinggalkan. Selain santunan, pangkat korban
akan dinaikkan sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian kepada
pekerjaannya,” kata Kanwil Kemenkum HAM Sumut, Budi Sulaksana, di LP
Tanjung Gusta, Medan, kemarin.
Menyinggung kerusakan bangunan Lapas, Budi Sulaksana mengatakan,
belum bisa memberikan penaksiran kerugian material. Untuk pengalaman,
pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Polri dan TNI yang sudah
membantu. “Kalau untuk penjagaan, tergantung Lapas,” pungkasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar