Sabtu, 13 Juli 2013

SMS Terakhir Hendra Rico, Sipir Tewas di Lapas Tanjunggusta

Dia sempat SMS:  “Di Lapas lagi rusuh. Abang lagi sembunyi di kamar mandi. Doakan hubungan kita baik-baik aja yah, yank.”

Dengan langkah cepat, Limey Situmorang mendatangi ruang instalasi jenazah di RS Dr Pirngadi Medan, kemarin pagi. Wajah gadis 24 tahun ini sembab. Ia datang untuk memastikan apakah satu dari 5 korban kerusuhan Lapas Tanjunggusta Kamis malam kemarin adalah kekasihnya, Hendra Rico Naibaho SE (25).
Ditemani ibunya, Rohani, dan calon mertuanya (ibu korban) E br Sinurat, gadis berambut sebahu ini memeriksa tanda-tanda di tubuh sang kekasih, yang bekerja sebagai staf registrasi di Lapas Kelas 1 Tanjunggusta.
Setelah mengenali bagian kaki korban, spontan Limey tersedak. Ia tidak dapat lagi menahan tangis dan jeritan kesedihannya. “Udah pasti ini dia… udah pasti. Kuku kakinya baru tumbuh, ada bekas operasi di kakinya. Kenapa kayak gini sampe nggak bisa lagi ditandai,” teriak Limey seraya berlinang airmata. Ia langsung mencari-cari tempat untuk menyandarkan tubuhnya yang lemas.
Tak berapa lama, ia meluruskan kakinya sembari duduk di pinggiran got di depan pintu ruang otopsi. Matanya melihat penuh kepedihan ke arah pintu ruang itu. Diraihnya sebotol air putih, diteguknya sedikit demi sedikit. Ia terdiam… lalu menangis lagi. Bibirnya terlihat gemetar.
Kepada Sumut Pos yang menemuinya, gadis yang bekerja sebagai bidan di RS Bunda Thamrin ini mengisahkan kisah cintanya dengan korban.
“Kami pacaran sejak 2009 lalu. Tahun depan rencananya kita mau menikah. Nggak aku jumpai lagi laki-laki yang baiknya kayak dia. Dia itu baik sekali. Ini jaket terakhir yang dikasihnya ke aku. Malam-malam pas naik motor, sengaja dia berhenti cuma mau ngasih jaketnya aja ke aku,” katanya, sembari memeluk ibunya, lalu menangis lagi.
Ibu Limey, Rohani menambahkan, Rico sempat menghubungi Limey untuk memberitahukan bahwa ada kerusuhan di Lapas. Tapi calon menantunya itu berpesan agar kabar itu tidak disampaikan ke dirinya. “Jangan kasih tahu sama natulang (ibu Limey) yah…” pesan Rico kepada Limey.
“Itu ‘kan baik kali dia… nggak mau dia aku kenapa-kenapa. Katanya takut nanti gulaku kambuh. Anaknya baik sekali. Adek-adeknya Limey ini semua sekolah… yang nemani daftar ke sana ke mari itu dia,” ujar Rohani, yang mengaku sudah berada di RS bersama keluarganya sejak pagi.
Hari semakin terang, namun Limey beserta keluarganya beserta keluarga Rico belum juga tenang. Suara tangisan terus mewarnai suasana di sekitar instalasi jenazah RS Pirngadi. Puluhan keluarga berdatangan satu per satu dan menjerit setelah mencoba melihat ke kamar mayat. “Ya Tuhan… Rico…”, tangis histeris keluarga.
Saat ditemui, Limey kembali bercerita: “Dua minggu lalu, aku sempat mimpi gigi atasku putus. Tapi aku nggak bilang, takut. Terakhir ketemu hari Rabu sore, dia jemput aku kerja. Nggak ada tanda-tanda. Cuma dia bilang doakan hubungan kita yah Yank, itu aja,” katanya sambil menangis.
Pada Kamis sore, ia menerima SMS dari sang kekasih. “Di Lapas lagi rusuh. Abang lagi sembunyi di kamar mandi. Doakan hubungan kita baik-baik aja yah, yank.”
Limey ketar-ketir. Hingga Jumat dinihari pukul 01.00 Wib, ia tidak dapat tidur nyenyak. Terlebih saat ia melihat tayangan di televise yang mengatakan korban tewas ditemukan di dalam kamar mandi. “Aku udah gelisah, karena lihat TV ada mayat ditemukan di kamar mandi. HP dia pun sudah nggak aktif lagi,” katanya lirih.
Saat ditanyai perasaannya menyusul rencana pernikahan yang gagal, Limey berkata, dirinya sudah ikhlas. “Mau gimana lagi, sudah seperti ini. Ikhlaskan saja. Begitulah,” ujarnya kepada wartawan, sembari membawa foto Rico.
Pihak keluarga korban mengatakan, usai diotopsi, jenazah Rico akan langsung dibawa ke kampung halamannya di Kelurahan Siogung-ogung, Kecamatan Panguguran, Samosir. Rico anak pertama dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan Tamba Naibaho (58) dan E br Sinurat (57). Ia lahir tanggal 13 Februari 1988 atau baru berusia 25 tahun. Ia disebut-sebut tulang punggung keluarga.
“Ibunya bekerja sebagai guru SD. Dua hari lalu ibunya liburan ke Medan. Ayahnya sekarang menanti di Samosir. Di Medan, ia tinggal di komplek dekat Lapas,” ujar kerabatnya.
Jenazah Rico ditemukan di kamar mandi Lapas bersama dengan Kepala Seksi Registrasi Lapas, Bona Hotman Situngkir SH M.Hum (38),warga Pasar 6 Padangbulan Medan, pasca amukan ribuan napi di LP itu, Kamis malam.
Sekitar pukul 11.30 WIB, jenazah Bona dibawa pulang oleh keluarga di dalam peti ke Padang Bulan. Sementara jenazah Rico dibawa pukul 14.00 ke Pangururan. Tampak keluarga membawa jas serta topi kerja Rico untuk dikenakannya. Rencananya, jenazah Hendra Rico akan dikebumikan hari ini.

Santunan Rp25 Juta

Terkait meninggalnya dua staf Lapas dalam kerusuhan di Lapas Tanjunggusta Kamis kemarin, Kanwil Kemenkum HAM Sumut mengatakan akan memberikan santunan kepada keluarga Bona Situngkir dan Hendra Rico Naibaho senilai Rp25 juta setiap keluarga.
“Santunan ini diberikan sebagai bentuk turut belasungkawa dari pihak Lapas kepada keluarga yang ditinggalkan. Selain santunan, pangkat korban akan dinaikkan sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian kepada pekerjaannya,” kata Kanwil Kemenkum HAM Sumut, Budi Sulaksana, di LP Tanjung Gusta, Medan, kemarin.
Menyinggung kerusakan bangunan Lapas, Budi Sulaksana mengatakan, belum bisa memberikan penaksiran kerugian material. Untuk pengalaman, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Polri dan TNI yang sudah membantu. “Kalau untuk penjagaan, tergantung Lapas,” pungkasnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar